Selasa, 07 Juni 2011



Foto: Mutawalli
Sumenep - Keberadaan ayam bekisar yang menjadi maskot Jawa Timur semakin memprihatinkan. Alam Pulau Kangean, Kabupaten Sumenep, Madura yang menjadi penangkaran kini dirusak manusia tak bertanggungjawab, sehingga membuat ayam bekisar (ayam hutan) nyaris punah.

Kondisi tersebut disikapi serius Paguyuban Keluarga Penggemar Begisar Indonesia (Bekisar) menggelar lomba Cup Sumenep ayam bekisar di HUT ke-23 tahun 2009. Dalam lomba ini diikuti penggemar bekisar dari seluruh pelosok nusantara berjumlah 101 peserta.

Lomba ayam bekisar tingkat nasional yang ditempatkan di lapangan Perumahan Bumi Sumekar itu menarik perhatian warga Sumenep. Selain unik, acara lomba ayam bekisar ini jarang digelar. Para pemilik ayam bekisar berusaha memperdengarkan bunyi ayam bekisarnya yang unik dan mengandung nilai seni tinggi.

Ayam bekisar yang dilombakan tersebut digantung di ketinggian tiang 10 meter. Pihak panitia mengalokasikan waktu antara 15 sampai 25 menit untuk memberi penilaian keindahan dan irama suara ayam bekisar itu. Warga pun terlihat antusias untuk mendengarkan bunyi ayam bekisar yang unik tersebut.

Ketua Keluarga Penggemar Bekisar Indonesia (Kemari) Kabupaten Sumenep, Laila Samsul Hadi, mengatakan pada lomba bekisar nasional ini diikuti penggemar bekisar di seluruh Indonesia. Bahkan, pamenang bekisar nasional sebelumnya semisal dari Kota Semarang dan Surabaya ikut memeriahkan.

"Lomba bekisar nasonal kali ini tujuannya untuk menyelamatkan maskot Jawa Timur yang sudah nyaris punah," tegas Laila kepada detiksurabaya.com di lokasi, Senin (30/3/2009).

Dia mengaku kecewa ketika masyarakat Sumenep sendiri kurang berminat dalam memelihara ayam bekisar. Padahal, dari sisi ekonomi sangat bagus. Bekisar yang menjadi juara dalam kategori Utama harganya bisa mencapai Rp 250 juta hingga Rp 300 juta per ekor ayam bekisar. Kategori Madya di bawah Rp 100 juta dan kategori pemula di bawah Rp 5 juta.

"Yang melakukan penangkaran bibit ayam bekisar di Sumenep hanya 4 orang. Semuanya ada di Pulau Kangean," terangnya.

Ada perbedaan mencolok antara penangkar ayam bekisar di luar Madura dengan yang di Pulau Kangean. Jika di luar Madura lebih mengedepankan kuantitas, tapi penangkar ayam bekisar di Kangean dilakukan secara alami dan kualitasnya lebih terjamin.

Dia mengaku sedikit lega saat masih ada orang yang berusaha menyelamatkan bibit ayam bekisar Sumenep. Sebab, cikal bakal ayam bekisar yang menyebar di bumi nusantara berasal dari Sumenep.

"Sangat lucu jika daerah asal justru kehilangan maskotnya sendiri sedangkan di daerah lain malah berkembang pesat," ujarnya.