Senin, 11 Juli 2011

Kerajinan Bambu Kandang Ayam dan Anyaman

kandang-ayam-bambu-anyaman
Perkembangan zaman belum tentu selalu meninggalkan produk hasil perkembangan tempo dulu. Kerajinan bambu salah satunya.

Dengan semakin meningkatnya berbagai macam jenis bahan material dan bentuknya, ternyata tidak serta merta mengurangi minat masyarakat akan produk warisan zaman dulu, contohnya adalah kandang ayam dari bambu. Meskipun begitu untuk menemukan bahan baku dalam membuat kandang ayam, seperti anyaman kawat dan besi juga tidak terlalu sulit.

Akan tetapi, dengan kemajuan yang ada tersebut ternyata produk kerajinan dengan bahan baku bambu masih memiliki peminat yang cukup banyak. misalnya gedheg yang merupakan anyaman bambu baik dengan motif atau polos menjadi daya tarik tersendiri bagi orang-orang tertentu untuk menggunakannya sebagai bahan dinding dan plafon.

Susilo Mugi Raharjo, laki-laki paruh baya ini telah menggeluti usaha ini sejak duduk di bangku SD hingga kini. Awal usahanya di daerah Bantul, tempat kelahirannya. Sekarang telah membuka cabang di wilayah Sleman yang telah berjalan selama 20 tahun dengan dibantu anak laki-lakinya.

Jenis-jenis produknya antara lain kandang ayam, dengan model kotak dan baterei (untuk ayam petelur). Sedangkan untuk kandang ayam jago model lingkaran, anyaman bambu (bermotif dan polos) dan kerei, dipasok oleh pengrajin lain dalam sebulan mencapai 20 buah. Terkadang Susilo juga menerima pesanan pembuatan gazebo dan rumah bambu, terutama dari usaha rumah makan.

Kapasitas produksi kandang ayam model kotak atau box dengan 1 ruang dalam sebulan mencapai 25 buah, sedangkan untuk model tingkat dengan 4 ruang mencapai 6-7 buah per bulan.

Selain itu Susilo juga melayani pesanan pembuatan kandang baterei untuk ayam petelur, terakhir pesanan yang dikerjakannaya mencapai 2000 buah kandang. Produk gedheg, anyaman bambu dengan motif atau polos, dalam sebulan minimal menerima pesanan 20-60 meter dan maksimal hingga ratusan meter. Gedheg dipasok oleh pengrajin bambu dari Desa Jethak dan Nanggulan.

Sedangkan untuk bahan baku bambu diperoleh dari Magelang, Purworejo dan Muntilan. Kebutuhan bambu dalam setiap bulannya bila kondisi sepi permintaan hanya membutuhkan bambu sebanyak 2 rit (1 truk) dan bila dalam kondisi banyak permintaan bisa mencapai 4 rit. Harga 1 rit bambu Rp 2juta.

Selain bambu, dibutuhkan kayu reng sebagai tiang atau kaki-kaki kandang dan kebutuhannya bisa mencapai 4 bokok atau sebanyak 100 buah per bulan dengan berbagai ukuran panjang.

Harga kayu reng 1 bokok antara Rp 32.000 (ukuran panjang 1 meter), Rp45.000( panjang 1.5 m) dan Rp 95.000 (ukuran 2 meter). Penggunaan ukuran panjang kayu reng sesuai model dan ukuran kandang yang akan dibuat.

Proses Produksi

Pada proses produksinya, Susilo dibantu anaknya dan bila ada permintaan cukup banyak maka Susilo menggunakan tenaga kerja borongan dari Bantul. Untuk kandang kotak atau box, biaya tenaga kerja borongan Rp 15.000/buah sedangkan untuk kandang baterei biaya borongan Rp3000/buah. Proses pembuatan kandang cukup sederhana.

Bambu dan kayu reng dipotong sesuai dengan ukuran standar yang telah ditentukan, misalnya bagian kerangka dan bagian jeruji memiliki ukuran tersendiri. Apabila kandang merupakan pesanan khusus, biasanya konsumen mengajukan gambar desain sendiri.

Potongan bambu dipaku hingga membentuk dinding jeruji dengan bingkainya kemudian dinding tersebut dipaku pada kayu reng sebagai kaki-kakinya. Jangan lupa siapkan pada salah satu sisi dinding untuk penempatan pintu kandang.

Pemasaran

Produk kandang buatan Susilo banyak dibeli oleh pedagang-pedagang kandang eceran di wilayah Jogja. Selain tampilannya yang cukup rapi, konstruksinya juga cukup kuat. Susilo tidak pernah mempekerjakan karyawan selain tenaga kerja borongannya untuk menjaga standar kualitas.