Mencetak Ayam Bekisar Unggulan
Mencetak Ayam Bekisar Unggulan
KOKOK ayam di pagi hari yang membangunkan kita dari tidur lelap, sudah menjadi hal langka sekarang ini. Apalagi di kota besar seperti Jakarta. Kini, kukuruyuk ayam sebagai penanda terbitnya matahari telah digantikan oleh alarm, baik dari jam weker ataupun telepon genggam. Toh, tetap banyak orang yang menyukai kokok ayam yang menghadirkan suasana desa yang tenang dan alami itu. Salah satu jenis ayam yang populer dengan kokoknya yang merdu adalah ayam bekisar. Lantaran jumlah pecinta ayam bekisar di Indonesia cukup banyak, saat berkuasa, Presiden Soeharto mendirikan Taman Bekisar di Taman Mini Indonesia Indah. "Suara kokok ayam bekisar enak didengar dan membuat sumringah," tutur Lulu Budihardjo soal alasannya menggemari ayam bekisar. Selain terpikat merdunya suara hasil kawin silang ayam hutan jantan dan ayam kampung betina ini, para pecinta ayam bekisar juga terpesona oleh warna bulunya. "Corak warnanya mirip dengan batik dan lebih mengkilat," kata Ananto Ariwibowo, juga seorang pecinta ayam bekisar. Rutin adakan kontes Tak puas hanya menikmati kokokan ayam kesayangan sendirian, para penggemar bekisar membentuk komunitas Keluarga Penggemar Bekisar Indonesia (Kemari). Tujuan komunitas ini adalah melestarikan ayam bekisar. "Ayam bekisar adalah salah satu aset kekayaan alam Indonesia," ujar Lulu. Dalam 20 tahun keberadaannya, anggota Kemari telah melakukan banyak kegiatan yang bermanfaat bagi para anggotanya. Ananto misal nya, mengaku mendapat banyak pengetahuan tentang pemeliharaan ayam bekisar. "Dulu, saya asal saja memelihara ayam bekisar," ujar Ananto yang mengenal ayam bekisar sejak 1982. Dari komunitas Kemari lah dia tahu penjemuran bekisar yang tepat adalah mulai pukul 07.00 - 10.00. "Awalnya, saya menjemur bekisar tanpa jadwal," ucap Ananto. Lulu menambahkan, Kemari juga menjadi wadah untuk melahirkan ayam bekisar unggulan. "Kami rutin menggelar kontes ayam bekisar," kata Lulu yang adalah Ketua Bidang Lomba dan Penjurian Nasional Kemari. Kemari memang rutin menggelar berbagai kontes suara ayam bekisar. Mulai kontes tingkat regional, kota, kabupaten, dan nasional. Biasanya, kontes-kontes ini digelar setiap 3 bulan sekali. Untuk merekatkan hubungan antara sesama penggemar ayam bekisar, komunitas Kemari rutin menggelar pertemuan anggota sebulan sekali. "Biasanya, pertemuan ini juga menjadi tempat latihan bersama ayam bekisar," kata Ananto. Maklum, salah satu cara terbaik menghasilkan kokok bekisar yang merdu adalah ketika sang ayam bekisar bertemu dengan ayam bekisar lainnya. "Kalau mendengar ada ayam berkokok, ayam lain pasti segera terpancing dan bersemangat untuk mengeluarkan suara kokokannya," ujar Ananto. Pertemuan rutin tersebut juga menjadi ajang bagi para pecinta bekisar bertukar pikiran dan tip menghasilkan suara kokok ayam yang bisa memenangkan kontes. Anda tertarik menjadi anggota Kemari? Lulu bilang, salah satu syarat menjadi anggota komunitas ini adalah Anda harus memiliki ayam bekisar dan menyertakannya dalam kontes. "Kalau sudah ikut kontes, Anda otomatis akan menjadi anggota Kemari," ujarnya. Lulu menambahkan, keanggotaan Kemari tak mengutip iuran. "Komunitas ini sifatnya lebih pada hubungan kekeluargaan saja. Saat ini, Kemari memiliki 28 perwakilan di Jawa, Bali, dan Madura dengan total anggota mencapai 3.500 orang. n Mencetak Fulus dari Ayam Bekisar SUARA nyaring ayam bekisar tak hanya mengembangkan senyum sang empunya, kokok bekisar juga mendatangkan fulus yang melimpah. Seperti binatang kesayangan lainnya, jika telah berulang kali memenangkan kontes, boleh jadi harga ayam bekisar segera membumbung tinggi. Tengok saja pengalaman Lulu Budiharjo. Pada tahun 2002, ia membeli seekor ayam bekisar muda dengan harga Rp 350.000. Ayam itu dia namakan Bento. Dua tahun kemudian, si Bento menang kontes tingkat nasional. Kontan saja, banyak pecinta bekisar ingin memilikinya. "Alhasil, Bento bisa saya tukar dengan satu sepeda motor baru saat itu," ujar Lulu. Lain lagi cerita Ananto Ariwibowo. Pria yang kini menginjak usia 45 tahun ini pernah mencicip keuntungan dari kegemarannya memelihara ayam bekisar. Ananto berkisah, ayam dia pernah melego seekor bekisar miliknya dengan harga Rp 5 juta. "Saya tak ingat kapan, tapi duit sebesar itu setara dengan Rp 15 juta saat ini," kata Ananto. Meski begitu, Ananto mengaku bahwa perawatan ayam bekisar memerlukan biaya yang cukup banyak. Ia harus merogoh kocek hingga Rp 450.000 saban bulan untuk memelihara dua ekor ayam bekisar yang masih tersisa di rumahnya. Maklum, untuk membuat ayam sehat dan perkasa, Ananto harus membeli madu, jangkrik, dan beras merah. "Karena biayanya mahal, padahal tak lagi sering menang kontes, saya mulai menjual ayam bekisar yang ada di rumah